Halo semua…. pada hari Jumat kemarin saya ikut lomba dai cilik di sekolah.
Ceritannya saya ikut lomba dakwah itu dengan kondisi kurang tidur. Soalnya malam sebelumnya baru pulang dari study tour di Bandung dan baru sampai rumah jam 12 malam lebih. Saya harus datang jam setengah tujuh pagi ke sekolah. Bisa dibayangkan, saya benar-benar kurang tidur karena tidur cuma empat jam dari jam 12 malam sampai jam empat pagi.
Sampai juga di sekolah jam setengah tujuh pagi. Ketemu guru pembimbing untuk latihan. Tapi naskahnya belom ada karena dipegang guru lain. Jadi akhirnya saya mereka-reka di pikiran saja bagaimana alur dakwahnya. Setelah guru yang bawa naskah datang, latihan sebentar, langsung ke tempat lomba di lain sekolah.
Sampai di tempat lomba sarapan dulu di kantinnya sambil latihan menghapal dan melancarkan gerakannya. Tiba juga giliran naik panggung, ini isi dakwahnya.

“ Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
. ان الحمدالله نحمده ونستعىنه ونستغفره ونعود به من شرور انفسنا ومن سيءا ت اعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًاKatakanlah: “Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu, sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)” (Surat Al-Kahfi: 109)
“ Al-Qur’an di dadaku, kesuksesan di depanku”
Apa kabar semua? Semoga sehat selalu.
Perkenalkan nama saya Mikail Randu Rayyana. Saya akan menyampaikan dakwah tentang pikiran itu sifatnya seperti tanah. Alhamdulillah, hari ini saya berkesempatan untuk menyampaikan tentang pikiran di sini.
Ada yang mengatakan bahwa sesungguhnya medan peperangan terbesar berada di pikiran kita, karena pikiran itu sangat kuat dan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Ada pepatah mengatakan:
“Menabur dalam pikiran akan menuai tindakan,
menabur tindakan akan menuai kebiasaan,
menabur kebiasaan akan menuai karakter”Pikiran kita seumpama tanah, tanah tidak pernah peduli terhadap jenis benih apa yang hendak kita tanam. Jika kita menabur benih jagung, tanah akan meresponnya, lalu menumbuhkan jagung. Apapun yang kita tanamkan dalam pikiran, entah itu hal-hal yang baik atau buruk, pikiran kita akan segera menerima, merespon, dan menumbuhkannya.
Dan Al-Qur’an juga menjadi penunjuk akal kita.
. وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Surat Al-Isra: 82)
Syarat utama agar Allah SWT menjadikan Al-qur’an sebagai penawar ialah, membacanya dengan ikhlas.
Ikhlas maknanya, murni dan bersih
Apapun itu amalannya,
Bersih permulaan amalannya, yaitu niatnya
Bersih ketika pelaksanaan amalannya,
Bersih pula hasil akhirnya
Dan Allah ta’ala dengan senang hati-Nyaكل الناس يتمني انه يدرك امله
“Maka setiap manusia berharap, bahwa ia akan menggapai cita-citanya”
Sekian dari saya, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan.
Wassalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Setelah lomba makan siang terus kembali ke sekolah lalu salat Jum’at dan pulang naik GrabBike.
Salam.