3 Keunggulan Motor Ayah yang Bobrok

Halo semua…

Setelah sekian lama blog tanpa update, sampai saya lupa mengucapkan selamat tahun baru, akhirnya bisa menulis juga.

Jpeg
Sepeda motor Ayah merk Kanzen Kelana 110 cc tahun 2004.

Kali ini saya kembali menulis tentang sepeda motor ayah saya yang pernah saya tulis di blog ini. Linknya klik di sini. Ternyata meski bobrok, sepeda motor ini punya keunggulan. Langsung to the point saja ya, ini di antaranya:

1. Irit bensin

Jpeg

 

Ternyata motor ayah saya irit juga. Untuk mengetahui kesimpulan ini, saya menghitung dengan cara pengisian bensin. Ayah saya mengisi bensin 2 liter setiap Senin. Artinya bensin habis selama sepekan atau atau lima hari kerja untuk ke stasiun Bogor. Jarak dari rumah saya ke stasiun 7 kilometer sehingga dalam sehari motor ini menempuh jarak 14 kilometer. Maka dalam sepekan total perjalanan menempuh 70 kilometer. Dengan perhitungan ini bensin yang dikonsumsi sepeda motor ini 1 liter untuk 35 kilometer (ngitungnya kira kira saja). Irit kan?

2. Anti maling

Ayahku ini pelupa. Kunci motor ini beberapa kali tertinggal di motor karena buru-buru mengejar kereta. Mungkin ada sebanyak 4 kali. Saat pulang pada malam hari kunci motor masih menempel di tempat yang sama. Artinya motor ini tak ada yang mau mengambilnya. Di rumah juga, motor ini jarang dikunci.

3. Bandel

Umur sepeda motor ini sudah 13 tahun tapi hanya 3 bagian yang diganti yaitu oli mesin setiap 3 bulan, ban belakang karena sudah habis, dan laher roda belakang karena sudah oblak.

Udah segitu dulu tulisannya. Sekarang lagi mikir bisa beli Yamaha Mio drag 225cc punya teman sekelas. Yamaha Mio dia sudah pakai rangka drag full airbrush dan motornya tanpa surat-surat cuma ada sertifikat drag, tapi ayah saya tidak tertarik membelinya. Bagi yang mau beli, motornya sekarang ada di Depok (motor oprekan Ben’s Motor Tasikmalaya) dan harganya 9 juta.

Salam

3 Keunggulan Motor Ayah yang Bobrok

Yamaha 125z, Bebek Super Gesit dari Malaysia

 

Kali ini saya akan menceritakan tentang motor bebek super CBU asal Malaysia yaitu Yamaha 125z.

image
Yamaha 125Z

Mungkin anda pernah mendengar namanya, mungkin juga ada yang pernah melihatnya langsung atau bahkan ada yang pernah memilikinya. Beruntung sekali yang pernah memilikinya karena motor ini adalah motor eksklusif. Populasi motor ini sangat jarang di Indonesia juga harga jual bekasnya sangat mahal.

Yamaha 125z masuk ke Indonesia pada akhir tahun 1999 ketika Indonesia sedang krisis moneter. Mungkin karena itu harganya sangat mahal. Kalau tidak salah harga barunya adalah Rp 20 juta hingga Rp 25 juta lebih.

Walaupun negara sedang krisis moneter dan harga motor sangat mahal untuk ukuran motor bebek, ternyata banyak orang yang membeli motor ini. Soalnya motor ini:
– memiliki mesin yang mengusung mesin dua langkah (tak) berpendingin udara,
– volume silinder 124.3cc,
– Bore x Stroke adalah 53.8 x 54.7mm,
– rasio kompresi 6.5:1,
– tenaga maksimal 17.5ps @ 8000rpm,
– torsi maksimal 1.65Kgf-m @ 7500rpm,
– kapasitas tangki bahan bakar 5.5lt,
– kapasitas oli samping 1.2lt,
– dilengkapi dengan transmisi 6 percepatan,
– kick starter,
– kopling basah,
– aki basah,
– pengapian CDI unlimiter,
– suspensi depan teleskopik,
– suspensi belakang monoshock,
– memiliki sektor pengereman tipe disk brake pada roda depan dan belakang,
– roda depan berdiameter 17″-70/90 dan roda belakang 17″-80/90,
– berat total motor 101kg membuatnya mudah mencapai kecepatan maksimal yaitu 150 km/jam. Gile, motor bebek jaman sekarang mungkin topspeednya cuma 145 km/jam.

Bahkan motor ini saat hari peluncurannya di Indonesia ditunggangi pembalap MotoGP legendaris yaitu alm. Norick Abe di sirkuit Kenjeran Park Surabaya. Mantap…

Sayangnya pada tahun 2004 motor ini dihentikan penjualannya karena saat itu ada pembatasan sepeda motor bermesin 2 langkah. Waktu itu ada juga ada pabrik motor dari Cina yang meniru desain Yamaha 125Z ini. Namanya, Beijing Champ.

Saya sendiri melihat motor ini secara langsung baru 4 kali, yaitu:

-Sepanjang tahun 2013 di sebuah rumah makan Padang di Jalan Raya Pagelaran, Bogor. Kondisinya masih bagus. Saat itu saya belum tahu namanya.
-Di Jalan Raya Kuningan – Waled, tepatnya di daerah Cikancas, Kuningan, Jawa Barat. Kondisinya sudah buruk. Sebenarnya saya kurang yakin kalau motor itu Yamaha Tiara atau Yamaha 125z soalnya motor itu memakai suspensi depan dan handle bar Yamaha Tiara, bisa saja itu adalah Yamaha Tiara yang memakai body belakang Yamaha 125z atau Yamaha 125z yang memakai suspensi depan Yamaha Tiara.
-Di Jalan Pantura antara Cirebon dan Jatibarang, kondisinya juga sudah buruk tapi bodynya masih lengkap.
-Di sebuah jalan kecil di Singapura, yang ini kayaknya baru keluar dari dealer.

image
Beijing Champs (Photo: adicuzzy.wordpress.com)

Ternyata motor ini masih diproduksi di Malaysia dan lulus Euro 3 tapi namanya berubah menjadi Yamaha 125zr

image
Yamaha 125zr produksi 2016

Semoga motor ini bisa hadir lagi di Indonesia.

Sekian.

Salam

Yamaha 125z, Bebek Super Gesit dari Malaysia

Motor Ayah yang Bobrok

Sebenarnya tulisan ini gak penting, tapi karena sekalian tambah kategori tentang mocin, ditulis sajalah. Langsung saja kita ke motornya.

Jpeg

Sepeda motor ayah saya merk Kanzen jenis Kelana, sepeda motor pertama buatan dalam negeri, yang bekerja sama dengan Korea sehingga mesinnya memakai Daelim. Umur sepeda motor ini lebih tua dari usia saya. Ayah saya mendapatkan dari kantornya beberapa hari sebelum saya lahir pada 13 Juli 2004. Karena sudah lebih sepuluh tahun, motor itu bobrok. Ayah saya memakainya hanya untuk ke Stasiun Bogor jika akan ke kantornya tiap pagi.

Kecepatan yang bisa dicapai saat ini adalah 40 km/jam (kalau diukur menggunakan GPS karena speedometernya mati). Padahal saat baru beli kecepatannya bisa mencapai 140 km/jam. Banyak yang bilang bahwa Kanzen adalah mocin (motor Cina) tapi sebenarnya Kanzen adalah mokor (motor Korea) seperti yang saya katakan pada paragraf kedua.

 

Jpeg
Speedometer yang sudah rusak.

Karena motor ini jarang dirawat, motor ini jadi banyak masalahnya, seperti speedometer mati karena mesin jarumnya rusak (akhirnya kabelnya yang nyambung ke roda depan dipotong), fuel meter masih berfungsi tapi jarumnya mentok di posisi setengah tidak bisa lanjut ke full, baut pengikat body dengan bagasi sudah copot keduanya, accu soax (jadinya lampu sein bisa nyala tapi tidak kejep-kejep, lampu depan mati tapi lampu belakang nyala, klakson mati, dan elektrik starter mati), panel penutup klakson pecah bawahnya, rem depan blong, rem belakang sudah hampir blong, mesin dan knalpot kadang mengeluarkan asap, dll.

Jpeg
Gear speedometer.

Meski bobrok, ayah saya tetap memakainya dan tidak mau menjualnya dengan alasan motor ini adalah kendaraan pertamanya. Padahal saya sudah minta ganti dengan Yamaha R15 atau Yamaha R6 atau Yamaha Byson atau Yamaha Vixion atau Honda Verza. Kalau masih tidak mau, ganti dengan Yamaha Jupiter MX King atau Suzuki Satria FU150i atau Suzuki Satria FU150 atau Yamaha Jupiter MX135. Kalau masih tidak mau juga, tukar saja dengan Yamaha Vega 110 milik uwak saya, meski itu pilihan terakhir.

Setiap saya kasih pilihan-pilihan itu, ayah saya menjawab begini: “Selain kendaraan pertama, itu harta pertama ayah. Lagipula, kalau masih bisa dipakai kenapa harus ganti yang baru.”

Jadi hilang sudah harapan punya motor baru impian.

Salam biker Indonesia.

Motor Ayah yang Bobrok